Wartawaktu.com – Kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) kini berkembang pesat dan mengubah industri di seluruh dunia. Meskipun banyak orang melihat potensinya, yang lain merasa cemas tentang apa arti evolusi ini bagi mata pencaharian mereka.
Dikutip dari Business Today, Minggu (12/1/2025), dalam studi terbarunya, Forum Ekonomi Dunia (WEF) memperkirakan terjadi pergeseran pada tahun 2030, di mana AI dapat secara signifikan membentuk kembali pasar kerja.
Dalam laporan bertajuk Future of Jobs Report 2025, WEF memperkirakan bahwa 22 persen dari pekerjaan saat ini akan menghadapi gangguan atau disrupsi karena ada AI.
Beberapa pekerjaan menghilang, namun ada pula pekerjaan baru yang diciptakan. Laporan tersebut memperkirakan pertumbuhan sebesar 78 juta pekerjaan, menyeimbangkan penciptaan 170 juta posisi pekerjaan baru dengan pemindahan 92 juta posisi pekerjaan yang sudah ada.
Pekerjaan klerikal dan sekretaris, termasuk kasir, petugas tiket, dan asisten administrasi, sangat rentan tergantikan oleh AI.
Pekerjaan ini, yang berpusat pada tugas-tugas manual, semakin digantikan oleh AI, otomatisasi proses robotik (RPA), dan sistem swalayan.
Dukung Pemanfaatan AI untuk Komunikasikan Program
Pemerintah Petugas pos, teller bank, dan operator entri data juga mengalami penurunan karena teknologi digital membuat peran ini menjadi usang.
Namun, industri yang membutuhkan pengawasan manusia dan keahlian langsung seperti layanan pengiriman, konstruksi, pertanian, dan pengolahan makanan diproyeksikan akan tumbuh secara signifikan.
Pekerjaan-pekerjaan ini menuntut kreativitas, pemecahan masalah, dan kemampuan beradaptasi, sehingga lebih sulit ditiru oleh mesin.
Sektor perawatan seperti perawat, konselor, guru, dan pekerja sosial kemungkinan akan tetap tak tergantikan karena ketergantungan mereka pada empati, keterampilan interpersonal, dan penilaian manusia.
Sementara itu, tren peningkatan penggunaan AI untuk dukungan kesehatan mental telah memicu perdebatan.
Meskipun bot AI menawarkan aksesibilitas cepat, dokter memperingatkan bahwa bot tersebut kurang memiliki pemahaman mendalam tentang terapis sungguhan, dan mendesak orang untuk memprioritaskan hubungan antar manusia.
Seiring dengan pesatnya era AI, laporan tersebut menggarisbawahi pesan penting, yakni kemampuan beradaptasi akan menjadi kunci bagi individu dan industri yang menavigasi lanskap ketenagakerjaan yang terus berubah.(Red/Kps)