Pemkot Palopo
HeadlineOpiniViral

Perkaderan HMI sebagai Wadah Pembentukan Insan Cita yang Holistik

119
×

Perkaderan HMI sebagai Wadah Pembentukan Insan Cita yang Holistik

Sebarkan artikel ini

WARTAWAKTU.com|OPINI -Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) sebagai salah satu organisasi kemahasiswaan tertua dan terbesar di Indonesia, memiliki visi besar dalam mencetak generasi intelektual muslim yang mampu mengabdikan diri kepada agama, bangsa dan kemanusiaan.

Sejak berdiri pada tahun 1947, HMI tidak hanya menjadi ruang ekspresi politik dan intelektual mahasiswa, tetapi juga menjadi kawah candradimuka tempat terbentuknya “insan cita”, yakni manusia ideal menurut cita-cita HMI. Melalui sistem perkaderan yang telah terstruktur dan berjenjang, HMI membangun landasan kokoh dalam membentuk kader yang holistik: beriman, berilmu, dan beramal.

Dalam dinamika sosial, politik dan budaya yang terus berubah, sistem perkaderan menjadi instrumen vital bagi HMI untuk menjaga idealismenya. Perkaderan bukan hanya proses administratif, tetapi merupakan proses pembentukan karakter dan kepribadian kader. Tema ini menjadi relevan untuk dikaji secara mendalam agar organisasi tetap mampu mencetak kader berkualitas yang siap menghadapi tantangan zaman.

Makna Insan Cita dalam HMI

Insan cita adalah konsep fundamental dalam HMI. Dalam naskah-naskah perkaderan HMI, insan cita diartikan sebagai manusia yang berilmu, bertakwa, berakhlak mulia, serta memiliki komitmen terhadap kemajuan umat dan bangsa. Lima nilai utama yang melekat pada insan cita adalah: insan akademis, pencipta, pengabdi, yang bernafaskan Islam, dan bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridai Allah SWT.

Konsep insan cita bukan hanya menjadi slogan, tetapi menjadi fondasi bagi seluruh proses perkaderan. Setiap tahapan pelatihan, baik itu Latihan Kader I (LK I), Latihan Kader II (LK II), maupun Latihan Kader III (LK III), dirancang untuk menggiring kader menuju pencapaian profil insan cita secara utuh dan menyeluruh.

Perkaderan sebagai Proses Pembentukan Holistik

Pembentukan kader dalam HMI dilakukan secara sistematis dan integral, menyasar tiga aspek utama: spiritualitas, intelektualitas, dan sosialitas. Dalam aspek spiritual, kader ditanamkan pemahaman dan pengamalan ajaran Islam yang rahmatan lil ‘alamin. Aspek ini penting agar kader memiliki fondasi iman yang kuat dan mampu menghadapi tantangan moral zaman modern.

Dalam aspek intelektual, kader dibekali dengan kemampuan berpikir kritis, analitis, dan konstruktif. Budaya literasi, diskusi, serta pelatihan kepemimpinan menjadi bagian tak terpisahkan dari proses ini. HMI meyakini bahwa kemajuan umat dan bangsa hanya dapat dicapai melalui generasi yang memiliki pemikiran tajam dan wawasan luas.

Sedangkan dalam aspek sosialitas, perkaderan diarahkan untuk membentuk kader yang peka terhadap persoalan sosial dan memiliki semangat pengabdian yang tinggi. Kegiatan-kegiatan sosial, advokasi, hingga keterlibatan dalam gerakan masyarakat menjadi wahana aktualisasi nilai keislaman dalam kehidupan nyata.

Dengan demikian, perkaderan HMI sejatinya merupakan sebuah proses transformasi diri yang menyeluruh: dari mahasiswa biasa menjadi insan cita yang siap berkontribusi bagi umat dan bangsa.

Tantangan Perkaderan di Era Modern

Perkaderan HMI menghadapi berbagai tantangan di era kontemporer. Kemajuan teknologi, derasnya arus informasi, serta perubahan orientasi generasi muda terhadap organisasi menjadi tantangan tersendiri. Banyak mahasiswa hari ini cenderung pragmatis, individualistik, dan kehilangan semangat idealisme. Hal ini berdampak pada penurunan kualitas dan kuantitas kader yang mengikuti proses perkaderan secara serius.

Selain itu, tantangan internal juga tak kalah penting. Masih ditemukan praktik perkaderan yang hanya formalitas, tidak mendalam, serta minim pendampingan pasca-latihan. Beberapa cabang HMI mengalami stagnasi dalam melahirkan kader ideologis karena tidak adanya inovasi dalam metode pelatihan.

Oleh karena itu, HMI perlu melakukan evaluasi dan pembaharuan sistem perkaderan secara berkelanjutan. Penggunaan teknologi digital dalam pelatihan, integrasi isu-isu kontemporer dalam materi, serta penguatan pendampingan kader menjadi langkah-langkah strategis yang perlu diambil.

Meneguhkan Perkaderan sebagai Jalan Mewujudkan Masyarakat Adil Makmur

Perkaderan tidak boleh berhenti pada proses intelektual semata. HMI harus memastikan bahwa hasil dari kaderisasi adalah kader yang mampu menjadi aktor perubahan di tengah masyarakat. Dalam konteks ini, HMI harus kembali menegaskan bahwa kaderisasi bukan hanya tentang pengetahuan, tetapi juga tentang tanggung jawab sosial dan moral.

Insan cita yang lahir dari proses perkaderan HMI harus menjadi pelopor dalam membangun masyarakat yang berkeadilan, bermartabat, dan sejahtera. Mereka harus hadir di ruang-ruang publik: dunia pendidikan, pemerintahan, media, ekonomi, bahkan budaya, sebagai agen transformasi sosial yang menjunjung tinggi nilai Islam dan keadilan.

Dengan pendekatan holistik, perkaderan HMI akan mampu menjawab tantangan zaman sekaligus merealisasikan cita-cita besar organisasinya: terbinanya insan akademis, pencipta, pengabdi yang bernafaskan Islam dan bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridai Allah SWT.

Penutup

Perkaderan HMI adalah denyut nadi organisasi yang tak boleh redup. Ia adalah fondasi utama dalam mencetak insan-insan berkualitas yang akan melanjutkan estafet perjuangan umat dan bangsa. Dalam konteks kekinian, proses perkaderan harus tetap mempertahankan nilai-nilai idealismenya, namun juga mampu beradaptasi dengan tantangan zaman.

Dengan sistem yang terstruktur dan pendekatan yang holistik, HMI akan terus menjadi tempat terbaik bagi mahasiswa muslim untuk tumbuh, belajar, dan mengabdi. Dan di sanalah, insan cita tidak hanya menjadi mimpi, tetapi menjadi kenyataan yang terus hidup dan berdampak bagi masyarakat luas.(**)

Penulis: Muh. Husnul Mubarak

Refrensi

HMI Pedoman Perkaderan HMI. Pengurus Besar HMI.

Lafran Pane. HMI dan Perannya dalam Perjuangan Bangsa.

Mohammad Sobary (ed.). HMI dan Masa Depan Indonesia.

Nurcholish Madjid. Islam, Kemodernan, dan Keindonesiaan.

Jalaluddin Rakhmat. Psikologi Komunikasi.

Buku-buku teori organisasi & kepemimpinan seperti karya Stephen P. Robbins.

Koni Palopo